Review Film Yowis Ben Bayu Skak
Review
Film Yowis Ben Bayu Skak - Karena gagal nonton di bioskop film Yowis Ben,
akhirnya saya menyempatkan diri untuk mendownload film ini. Mengapa? Ya
penasaran aja, seorang Bayu Skak, yang terkenal sebagai youtuber kini bisa
merealisasikan idenya menjadi sebuah film nasional. Salut! Apalagi di film
tersebut bahasanya 90% Jawa. Sesuatu yang beda!
Sinopsis film
Yowis Ben Full
Tokoh utama Bayu (Bayu Skak) menyukai
Susan (Cut Meyriska). Namun, Bayu memutuskan untuk memendam perasaan tersebut
dalam-dalam karena dia merasa minder. Hari-hari Bayu pun berubah sejak Susan
mengirim voice chat ke Bayu. Sayangnya, Susan hanya manfaatin Bayu yang
kemudian jadi populer lewat band bentukannya yang bernama Yowis Ben. Konflik
kisah cinta Bayu pun makin memanas dengan adanya perselisihan antaranggota band
tersebut.
Judul film :
Yowis Ben
Penulis : Bayu Eko Moekito
Sutradara : Fajar Nugros
Produksi : Starvision
Tanggal Rilis : 22 Februari 2018
Jenis Film : Drama Comedy
Bintang Film : Bayu Eko Moekito, Cut Meyriska,
Brandon Salim, Joshua Suherman dan pemeran pendukung lainnya.
Review film
Yowis Ben film remaja ala Bayu Skak
Jujur semenjak tayang trailernya Yowis
Ben, saya sangat penasaran. Dimana kreatifitas dalam pembuatan film,
benar-benar beda. Yang mana penulis dan pencetus idenya sendiri bukan kalangan
dari dunia perfilman.
Bayu Eko Moekito, yang dikenal
masyarakat Indonesia dengan nama Bayu Skak mengangkat cerita khas remaja Jawa
Timuran. Kalau film remaja pasti nggak jauh-jauh dari percintaaan, pencarian
jati diri, persahabatan dan lika-liku dunia remaja. Yang menjadi unik, film ini
menggunakan bahasa Jawa, tapi lebih khas Jawa Timur di mana Bayu Skak tinggal.
Bagaimana dengan pemeran lain yang bukan berasal dari Jawa? Tentunya tantangan
tersendiri untuk memerankan film ini bukan?
Alur filmnya mengalir, awalnya maju
kemudian mundur. Bayu Skak, di sekolahan mendapatkan julukan 'Pecel Boy',
karena setiap berangkat ke sekolah dia membawa dagangan ibunya. Karena hanya
tinggal dengan sang ibu, beginilah seorang Bayu membantu meringankan beban
orang tua. Positif sih, karena nggak
banyak orang percaya diri untuk berjualan di sekolahan apalagi di masa
remajanya.
Beberapa kali jatuh cinta dengan gadis
idaman, tapi akhirnya Bayu selalu ditolak. Mengapa bayu sering ditolak, ya
karena dia terkenal dengan pribadi cupu. Di sisi lain Bayu memiliki sahabat
Doni (Joshua Suherman), dia juga sebal diremehkan oleh orang tuanya karena
berbeda dengan sang adik yang selalu juara. Tercetuslah ide, jika mereka ingin
dihargai dengan cara yang beda yaitu bermusik.
Berdua mereka mencari personil tambahan,
memasang selebaran di seolahan yang ternyata dinyiyirin oleh Roy. Jatah
pinjaman sejam di ruang musik, hampir mendekati waktunya dan mereka tidak
mendapatkan personil. Masuklah Yayan (Tutus Thomson), remaja penabuh beduk di
Masjid mendaftarkan diri menjadi pemain drumer. Sekali tes langsung sukses, dan
kemudian mereka mencari keybordisk. Hasil stalker di Instagram menuai sukses,
mereka mengincar Nando (Brandon Salim) untuk bergabung dengan mereka dengan
cara yang konyol. Bagian ini saya ngakak abis, humor-humor dalam film Yowis Ben
membuat saya terhibur dan meledakan tawa. Thanks Bay, atas kerja kerasnya!
Proses
pencapaian kesuksesan memang tidak mudah
Saya menyukai film ini, karena syarat
dengan pesan moral. Dari yang namanya mereka remaja pas-pasan, patungan untuk
menyewa studio musik. Bermusik yang masih ancur-ancuran banget, berlatih setiap
hari pun memberanikan diri ikut kompetisi band indie yang akhirnya hanya menuai
nyinyiran.
Mereka berempat menikmati proses itu,
diremehkan di sekolahan tidak jadi soal yang penting terus berkarya. Sampai
akhirnya penyelamat datang, Ayah Nando yang menyewakan seperangkat alat musik
agar anaknya bisa berlatih tekun. Om Bayu yang terus mendukung karya Bayu, dan
Ibu Bayu yang terus menyemangati anaknya untuk berkarya dengan baik. Dan Doni
sempat merasa iri karena, orangtua dia tidak mendukung apa yang dia sukai.
Sebab itulah dia bermusik, dan ingin membuktikan kepada orang tuanya. Dia pun
bisa berkarya dan berprestasi, tetapi pada bidang lainnya. Kemudian Nando, yang
tidak ingin diakui keren hanya karena ketampanannya. Dia ingin diakui hebat
karena karya! Mereka berempat berjuang dan disatukan dalam musik.
Ketika merasa ikutan kompetisi band
indie tidak menuai hasil, mereka tidak lantas menyerah. Mereka patungan untuk
beli kamera, agar bisa direkam pas latihan kemudian diunggah di Youtube. Dengan
cara tersebut, mereka semakin dikenal dan memiliki viewers banyak. Bayu juga
tidak menyangka jika dia memiliki fans berat. Bahkan mereka inilah yang
membuat, Bayu untuk terus memperjuangkan karirnya di musik. Jangan hanya karena
seorang gadis yang menolaknya, dan perpecahan dikalangan personilnya apa yang
diperjuangkan hancur begitu saja.
Diantara beberapa konflik, yang paling
parah bagian ini menurut saya. Susan yang mendekati Bayu, karena memanfaatkan
ketenarannya. Yang awalnya menganggap Bayu tidak ada, Susan juga memanfaatkan
Bayu untuk mendapatkan harga pecel murah. Saya sebel deh sama tokoh Susan ini,
plinplan dan egois. Bayu juga terbawa dampak negatifnya, karena mulai berbohong
kepada teman-temannya untuk bisa menemani Susan jalan. Puncaknya, gegara Susan
juga Yowis Ben hampir bubar. Tetapi akhirnya Susan juga sadar sih, karena hanya
Bayu yang berani menegurnya. Bagian Susan ini tidak diulas dengan detail dalam
filmnya, karena menurut saya Susan hanya pemanis. Tetapi lebih kepada
perjuangan keempat remaja ini, yang lebih banyak diulik.
3 hal yang
paling saya suka dalam film Yowis Ben
Musiknya keren
Aransemen lagu, lirik lagu dan kualitas
musik yang disuguhkan enak banget. Meski lirik Jawa, tapi dibawakan ngerock
jadi asik. Saya yakin orang di belakang layar ini, benar-benar berkarya sangat
luar biasa. Dan ternyata benar, ada Erix Soekamti dan Sandy Pas Band.
Bertabur bintang
Benar sekali, film Yowis Ben banyak
sekali sineas yang turut berperan. Pun banyak komika yang betebaran, menambah
unsur komedi semakin beragam. Ada Uus, Muhadkly Acho, Yudha Keling, Tretan Muslim,
dan Ria Ricis. Kerasa banget kegokilan mereka.
Berasa diajak
jalan-jalan
Sempat kaget, waw ... setingnya di
Kampung warna-warni Jodipan, destinasi wisata Malang yang diresmikan September
2016. Tidak hanya itu, kita juga diajak berkeliling ke Alun-alun Merdeka
Malang, Masjid Jami yang indah, Gereja Hati Kudus, serta Museum Angkut Batu.
Landmark kota Malang disuguhkan dengan apik di film Yowis Ben, yang akhirnya
membuat saya ingin bisa berkunjung ke sana kapan-kapan. Semoga terelaisasikan,
ditambah bertemu Bayu Skak secara langsung hahaha ... Bakalan nodong dia bikin
film lagi, biar dunia perfilman Indonesia semakin berwarna. Film Yowis Ben
2018, layak dijadikan tontonan menghibur di tengah segudang aktivitas padatmu.
Selamat menonton, salam!
Sudah lama gak pergi ke bioskop padahal lg marak film lokal yang bagus-bagus ya. Thanks for sharing mba :)
BalasHapusKocak banget nih film.
BalasHapusDan nyesel sampai sekarang belum pernah nonton hehehe.
Padahal keren yak, bisa liat kota Malang dalam filem
Lucu banget emang pelem ini, trus juduulnya segitu simplenya bikin menarik Nyii..
BalasHapusKayaknya film ini ga masuk di Makassar deh. Saya jadi penasaran nih. Senangnya sekarang makin banyak film-film yang mengangkat budaya lokal. Minimal dari segi bahasa lah. Keren...
BalasHapusNgebayangin kalo filmnya full bahasa lokal. Hehehe... Mantap juga kalo full ya jadi belajar bahasa daerah jg.
BalasHapusDuh, jadi ingin nonton juga nih. Makasih review - nya mbak.
Jadi penasaran banget ini sama film. Pengen nonton. Dowload dimana Nyi? Mau dong.
BalasHapusJujur saja kalau saya jarang mengikuti perkembangan film, tapi aku pas baca ini jadi kepo tentang Kampung Jodipan. Sering lihat dibeberapa foto instagram teman juga soalnya dan memang bagus banget si Jodipan ini ya.
BalasHapus