Yuk Berbaik Sangka Selalu dengan Apa yang Terjadi
Nyipenengah.com - Berbaik sangka (husnudzon)
ialah gabungan dari baik dan sangka. Baik berarti sifat yang baik, lawan dari
kata jelek dan sangka yang berarti yakin dan ragu jadi satu. Tetapi lebih
menekankan kepada segi kebaikan bukan keburukan. Bahkan dalam Q.S Al-Hujurat
ayat 6, Allah berfirman,"Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu."
Dalam buku #Unstopabble yang ditulis oleh Iman
Akbar, ada kisah mengenai berbaik sangka, seorang ajudan raja di negara Afrika.
Jadi ajudan raja tersebut, selalu menanggapi hal yang terjadi dengan kalimat,
"Wah, bagus itu!"
Diceritakan
dalam kisahnya, raja ingin berburu ke hutan mengajak ajudan serta dalam
perjalanannya. Sang ajudan memasukkan bubuk mesiu ke dalam senapan raja untuk
menembak mangsa, tetapi ajudan ini memasukkannya tidak sempurna alias agak
ceroboh. Yang terjadi, jempol raja terbakar habis dan si ajudan malah bilang,
"Wah, bagus itu!"
Bisa dibayangkan
apa yang terjadi pada raja, setelah sang ajudan berkata hal tersebut? Raja
murka dan memenjarakan ajudannya seketika. Di tahun berikutnya raja melakukan
perjalanan berburu lagi, tanpa ajudan karena ajudannya masih terpenjara.
Sesampainya di
hutan, raja ditangkap oleh suku pemakan manusia (kanibal). Mereka sangat
bahagia mendapatkan mangsa untuk dimakan, dibawalah sang raja ke pemukiman
mereka tinggal untuk disantap. Raja diikat rapi dan diletakkan tubuhnya di atas
kayu bakar. Raja akan dipanggang hidup-hidup, malang sekali bukan nasib sang
raja?
Salah satu di
antara mereka mendekat untuk menyalakan api, namun yang terjadi api itu kembali
dipadamkan. Raja terbengong, melihat hidupnya akan selamat. Apa yang membuat
suku kanibal tidak jadi melakukan pemanggangan? Gegara jempol raja yang hilang,
raja dianggap mahluk yang tidak sempurna atau cacat. Bagi kepercayaan mereka,
mereka tidak boleh memakan manusia yang fisiknya tidak sempurna karena akan ada
kesialan yang terjadi. Suku kanibal tidak ingin melanggar kepercayaan nenek
moyangnya. Yang terjadi, raja bebas dan bisa kembali ke istana dengan selamat.
Raja sangat
bersyukur sekali dan langsung menuju penjara di mana ajudannya ditahan.
"Saya
merasa bersalah, telah memasukkanmu ke dalam penjara," ucapnya
bersemangat, "kamu benar, bagus itu!" lantas mengalirlah cerita soal
berburu, tertangkap, dimangsa dan akhirnya bebas berkat jempolnya yang hilang.
Raja menyesal terhadap yang dilakukannya dan meminta maaf, tak dinyana sang
ajudan malah berucap apa, hayo? hehehe ...
"Tidak-tidak,
ini bagus kok!" kata ajudan dengan tersenyum.
"Mengapa
bisa? Aku berhutang nyawa padamu!" balas raja heran.
"Kalo tidak
bagus, kalau saya tidak terpenjara, pastilah saya akan dimakan oleh suku
kanibal!" raja manggut-manggut dan membenarkan perkataan ajudan.
Apa yang menurut
kita buruk, belum tentu jelek di mata Allah pun demikian sebaliknya. Karena
berburuk sangka bisa menimbulkan kerugian, yuk berantas habis benih atau
perasaan berburuk sangka di dalam hati kita.
Memang sih, kita
nggak bisa merubah hati orang lain untuk berbaik sangka terhadap kita, tapi
kita bisa melatih, mentarbiah, mendidik hati untuk berbaik sangka dengan orang
lain.
“Janganlah kamu menyangka dengan satu kata pun yang
keluar dari seorang saudaramu yang mukmin kecuali dengan kebaikan yang engkau
dapatkan bahwa kata-kata itu mengandung kebaikan," (Umar bin
khattab r.a)
Salam
Yup.. dalam kesusahan, Allah telah merencanakan sesuatu yang lebih baik. Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya
BalasHapusaamiin ya Allah
HapusTetap berprasangka baiklah pokoknya. Walau kadang sulit untuk dilaksanakan.
BalasHapusheehhe manusiawi mba :-D
HapusAda rencana yang kita belum tahu Nyi, insyaallah lebih baik tentunya, amin
BalasHapusaamiin ya Allah mba Wid.
Hapusbetul ay mbak, kita seringkali sdh menyalahkan Tuhan
BalasHapusIya mba Tira, namanya juga kita manusia yang punya banyak khilaf :-D
Hapus