Nyipenengah.com - Akhir-akhir ini saya memang
sering mengunjungi dokter gigi, gegara gigi tumbuh yang menyebabkan susah
beraktivitas. Boro-boro, buat nelen ludah aja sakit minta ampun.
Sempat
curhat dengah sahabatku, mba Atik yang memang rajin wara-wiri ke dokter gigi
karena giginya dikawat alias dibehel. Dan kebetulan dia kemarin sempat terjatuh
karena dehidrasi, yang menyebabkan gigi depannya goyang hampir copot. Dengan
keadaan berdarah-darah ia diantar sang kakak ke dokter giginya di Boja. Sama
dokter gigi ini, gigi mba Atiek didorong agar bisa kembali ke posisi awal.
Lantas pak dokter menyarankan ia dirujuk ke Rumah Sakit Islam Unisula, Semarang
untuk penanganan yang lebih intensif.
Akhirnya
aku juga menceritakan keadaan gigiku setelah tambal kemarin, ia menyarankan
untuk mencoba berkonsultasi ke dokter lainnya jika saya takut untuk potong
gusi. Kebetulan pas dia kontrol ke Boja, saya ikutan. Saya berkenalan dengan
dokternya dan gigi saya diperiksa.
Dokter
bilang masalah saya ada 3 menyangkut persoalan gigi. Pertama, gigi bungsungya
yang tumbuh itu harus dicabut, kalau potong gusi saja hasilnya tidak maksimal.
Dokter juga menyuruh saya untuk rontgen terlebih dahulu dan penyabutan giginya
harus dilakukan di Rumah Sakit #wadaw. Kedua, lubang pada gigi saya lepas
padahal waktu di dokter sebelumnya cekungan pada lubang cuma ditutup doang.
Ketiga, pembersihan karang pada gigi. Ketiga masalah itu yang bikin saya paling
takut, ialah yang pertama. Kebayang rumah sakit kayak gimana, kebayang
penangannya sampai harus ke sana, #syedih.
Ketiga
masalah ini, mana yang saya inginkan lebih dulu. Akhirnya saya memilih nambal
lubang lagi, karena sudah kepayahan ketika makan. Bentar-bentar ada yang nyelip
di lubang, nyebelin sekali. Namun masalah pertama sepertinya, saya mau menunggu
kepulangan ibu dahulu dari Bali untuk menemani saya menguatkan hati, hahaha ...
kayaknya kalau sama ibuk lebih tengan aja.
Naik
lah saya ke kursi spesial untuk penderita sakit gigi, di sana alhmadulillahnya
tidak perlu dilakukan pembersihan dan langsung ditambal.
"Sakit
nggak Dok?" tanya saya kepada dokter pria yang usianya saya taksir sudah
40-an.
"Lebih
sakit yang di Kaliwungu," ucapnya santai. Mungkin agar saya tidak merasa
tegang.
![]() |
Mba Atik yang sedang di Periksa |
Saya
melepas kaca mata dan memilih memejamkan mata, dengan keadaan mulut terbuka.
Pak dokter mengerjakan segala hal dengan cepat, ia memakai laser setelah
menambal. Ada tiga kalian mesin itu berbunyi, tetapi saya urung melihatnya
karena takut. Rasanya sih hangat, saya juga tidak merasakan sakit,
Alhamdulillahnya lega.
Mba
Atik bilang dokter itu namanya dokter Huda, orangnya baik, ramah, bijak dan ada
rasa yang timbul di benak saya, semacam kepercayaan jika semuanya akan
baik-baik saja. Setelah ditambal saya lapar, tadi sempat degdegan dan stress
takut. Selesai ditambal mood saya kembali lancar dan lapar hahhaa ... kebetulan
di sebelah klinik ada warung makan Mie Banyumas Yamin. Mengisi perut yang lapar
sebelum kembali ke kostan. Ketegangan masih akan berlanjut setelah rontgen dan
cabut gigi, semoga saya bisa melewatinya dengan riang hahaha ... aamiin.
Doain
ya teman-teman, agar semuanya berjalan lancar aamiin.