Berapa lama waktu yang kubutuhkan agar aku bisa
belajar seikhlas matahari, yang begitu tulus mencintai
bumi dari kejauhan saja.
Kenapa, 'cinta (tak) harus memiliki' justru
mengkhianati teorinya sendiri?
Apakah ada ingatan yang menjejak soal percakapan-
percakapan sambi lalu, janji konyol dan hal-hal yang
pernah keluar dari bibir manismu?
Masih kah ada, satu depa saja ruang yang kau
biarkan kosong untukku hanya sekadar bernafas,
agar
aku bisa terus hidup dalam ingatanmu?
Biarkan aku terus melakukan pertanyaan dalam doa
dan
Tuhan saja yang mendengarnya.
Karena mencintai itu sederhana. Sakitnya juga sederhana, dirasakan di dalam hati. Bukan beneran punya penyakit liver, ini ga sederhana.
BalasHapushehehehe
BalasHapus