Tips Menulis Fiksi Ayu Utami
Kali ini penulis novel Saman, Larung, Bilangan Fu, Saman, AYU UTAMI, berbagi 8 tips soal bagaimana cara menulis fiksi.
1. Bagaimana menuangkan ide?
Ide adalah ibarat keping-keping lego atau puzel. Kumpulkanlah yang
kira-kira bisa saling dipasangkan. Setelah ada beberapa keping, coba
susun. Setelah mulai tersusun, biasanya kita bisa menyadari bagian mana
yang belum lengkap. Lengkapilah agar menjadi utuh. Prosa yang utuh
biasanya memiliki tiga bagian: pembuka, isi, dan penutup.
2. Seperti apa pembuka, isi, dan penutup baik?
Pembuka seharusnya cukup pendek untuk menjelaskan ke mana cerita
kira-kira berjalan. Dalam film, sepuluh menit pertama harus sudah
bercerita tentang masalah utama kisah itu. Isi harus lebih panjang
daripada pembuka dan penutup, dan harus bergerak menuju klimaks.
Penutup menjelaskan penyelesaian konflik-konflik yang ada dalam isi.
Biasanya ringkas.
Cerita pop yang standar seperti makanan. Pembukanya segar-gurih agar
kita ingin melanjutkan menu berikutnya. Santapan utamanya harus
nikmat dan berisi agar kita kenyang. Penutupnya manis. Bisa juga manis
dan pahit sekaligus, seperti sepotong tiramizu dan secangkir espresso.
3. Bagaimana membuat cerita?
Ide cerita boleh apa saja. Tapi, sebuah cerita yang menarik harus memiliki satu hal ini: ketegangan atau suspens.
4. Bagaimana membangun ketegangan?
Pertama, ketegangan dibangun dari kemungkinan ya dan tidak. Ini cara
paling gampang. Misalnya, membuat tokoh utama menginginkan sesuatu.
Contoh: Pinokio ingin menjadi manusia sungguhan. Ketegangan terbangun
seputar apakah Pinokio berhasil menjadi manusia, atau ia tetap boneka
kayu selamanya.
Kedua, ketegangan dibangun dari kejutan. Ini lebih sulit dari yang
pertama. Sebab, untuk membuat kejutan yang mengasyikkan, penulis harus
lebih dulu membangun unsur-unsur yang diperlukan. Kalau tidak, kejutan
itu hanya akan menjadi kebetulan yang menjengkelkan.
5. Bagaimana mengatasi mentok-penulisan?
Biasanya kita merasa jalan buntu jika kita terlalu tidak berjarak,
sehingga kita tidak bisa melihat ada jalan lain. Ambillah jarak.
Istirahat dan tinggalkan tulisan yang buntu itu selama beberapa hari
(bisa juga beberapa pekan). Ketika menengok kembali, cobalah pakai cara
pandang baru. Kembali lihat ide-ide seperti keping-keping lego atau
puzel. Jangan-jangan kita memasang kombinasi yang salah. Jangan-jangan
susunannya perlu diganti. Jangan-jangan ada keping yang masih harus
diambil dari tempat lain.
6. Bagaimana mengatasi kehabisan ide?
Banyak membaca dan mendengarkan pihak lain. Enam puluh persen pekerjaan menulis adalah membaca.
7. Apa betul, agar bisa menulis maka tulis saja segala yang terlintas di benak?
Cara itu bolehlah untuk catatan harian. Untuk menghasilkan tulisan yang
dibaca orang banyak, sebaliknya pikirkan apa yang dibutuhkan orang
banyak (termasuk diri kita sebagai bagian dari orang banyak).
8. Bagaimana agar tidak takut menulis?
Agar tidak takut, jangan terlalu memikirkan diri sendiri. Segala rasa takut datang dari terlalu banyak memikirkan diri sendiri.
Sumber: http://www.ayuutami.com/
0 comments
Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat