Cerita Anak di
Muat Kompas Klasika Nusantara Bertutur - Allahamdulillah nggak nyangka, cerita anak
berjudul, 'Berdonasi Buku', saya bisa di muat Kompas Klasika Nusantara
Bertutur. Karena awalnya coba-coba iseng kirim, siapa tahu rejekinya soalnya
tema yang diangkat sederhana dan mengena. Tema Dongeng yang diambil bulan Juli
lalu, adalah 'Berbagi Kebaikan dari Rumah'.
FYI, buat teman-teman yang belum tahu. Nusantara
Bertutur ini merupakan cerita anak di koran Kompas. Nusantara Bertutur sendiri
yakni gerakan dari sekelompok anak bangsa yang punya kepedulian terhadap upaya
pembangunan karakter anak-anak Indonesia. Harapannya ketika anak-anak
mendengarkan dongeng, karakternya bisa terbentuk menjadi mandiri, tangguh,
cedas, dan punya jiwa kepemimpinan yang kuat.
Visi Nusantara Bertutur ialah terwujudnya bangsa
Indonesia yang sesuai dan tertulis dengan pembukaan Undang-Undang dasar 1945.
Sementara misi Nusantara Bertutur membangun manusia Indonesia yang cerdas,
berwawasan kebangsaan, dan berkarakter unggul.
Belajar Membaca dari Cerita
yang Sudah Terbit
Mengirim tulisan ke media yang belum pernah kita
kenal, emang seperti tantangan yang harus kita takhlukan. Salah satu tips yang
saya lakukan ketika mengirim ke Nusantara Bertutur adalah, dengan membaca
tulisan yang sudah terbit.
Kebetulan setelah kepo dengan instagram
@nusantarabertutur saya menemukan websitenya. Di sana ada banyak cerita yang
sudah terbit. Awalnya bingung mau membahas apalagi nih, di tengah pademi
melakukan kebaikan dari rumah yang harus diusung apalagi kalau udah semua
dimuat. Eh, karena saya suka membaca kenapa nggak ambil tema, 'Berdonasi Buku'
dan kebetulan belum dimuat. Jadilah mulai menentukan siapa tokohnya, masalah
yang dihadapi apa, setting di mana serta kebaikan apa yang bisa dilakukan dan
endingnya harus manis tentunya. Serta bagaimana kita memepetkan tulisan sesuai
dengan syarat yang diminta, maksimal 2500 karakter (no space). Tantangan banget
ya kan? Kalau biasanya di blog nulis sebebas-bebasnya.
Eh ... di tanggal 2 Agustus 2020,
ada pesan WhatsApp masuk dari teman menulis saya mbak Karunia Sambas, yang mengabarkan kalau dimuat.
"Barokallah," ucapnya menyelamatkan saya. Kabar bahagia ini membuat saya makin bersyukur di Minggu pagi, jadi
bersemangat sekaligus terharu. Ketika membuka website Nusantara Bertutur dan
dibacakan oleh pendongen Kang Acep, saya makin gemetaran. MasyaAllah luar biasa
Kang Acep, mendongengkannya dengan begitu menghayati. Terima kasih Kang Acep,
saya jadi ikutan belajar bagaimana cara mendongeng yang baik dari tulisan
sendiri.
Karena kebetulan saya langganan Aplikasi Gramedia
Digital, saya ngintip deh koran Kompas, yang bagian Nusantara Bertutur. Aduh,
ada beneran cerita anak saya, Allahamdulillah senang bisa nembus Kompas.
Padahal ini baru pertama kirim, dan dunia anak termasuk dunia yang susah saya
masuki. Mungkin karena di sekitar saya adanya orang-orang dewasa, saya susah
membaur dengan anak-anak. Kalau orang Jawa bilang, 'Ora biso ngemong', (Nggak
bisa momong). Tapi dengan dimuatnya cerita anak di Kompas Klasika, artinya saya
memiliki ketertarikan di dunia anak kali ya? Ehehe ... jadi buat teman-teman
yang ingin mengirimkan cerita anak kalian, coba aja dulu. Jangan takut
begini-begitu. Kirim lalu lupakan, bikin lagi kirim begitu seterusnya biar
nggak kepikiran. Itu termasuk prinsip yang saya genggam. Soalnya kalau kirim
lantas dinantikan terus, malah kepikiran. Apalagi kirimnya cuma satu, padahal
yang berharap bisa nembus ribuan. InsyaAllah di postingan selanjutnya saya akan membagikan tips mengirimkan cerita anak ke Kompas Klasika Nusantara Bertutur.
Rita Asmaraningsih, sahabat blogger saya pun cerita
kalau dia kirim tapi belum nembus. Nggak apa, jangan patah semangat kawan,
karena seninya di sini. Proses perjuangan nembus media itu memang menggemaskan,
tetapi sekali tembus akan memberikan kenangan tersendiri bagi kita. Kita akan
merasakan bangga, karena perjuangan kita akhirnya terbayarkan. Selamat mencoba! Kalau mau membaca cerita saya berjudul, 'Berdonasi Buku', bisa langsung klik aja! Salam.
waa pasti seneng sekaligus bangga yaa bisa memnembus kompas hihihi, dimuat di karunia kambas jugaa, semoga bisa dimuat di media lainnya juga yaa hihihi
BalasHapusWaahh alhamdulillah selamat ya mba sudah dimuat, jadi inget kalau zaman SMA yang bisa nulis masuk koran pasti nilai A hihihi
BalasHapusAlhamdulillah akhirnya tembus juga ya Nyi, harus smeangat terus ya akhirnya bisa juga. PIngin baca ceritanya
BalasHapuspasti senang dan bangga ya mbak bisa dimuat di kompas, ga mudah soalnya buat menembus media yang satu itu :)
BalasHapussaya kok kepengen juga coba2 ngirim ke kompas hehee siapa tahu nembus juga, pasti jadi prestasi tersendiri buat saya :)
BalasHapusSelamat, selamat Nyi. Bagus ini Kompas masih menyediakan kompartemen buat cerita. Dulu Kompas Anak hilang beserta bagian cerita, sangat sedih. Btw, ini ada honornya kan?
BalasHapusWah selamat Nyi, senangnya ya ceritanya dimuat di kompas. Bikin tambah semangat nulis jadinya ya. Jadi ingat dulu pernah kirim cerita anak ke Kompas, ditolak huhu karena cerita dengan tema seperti itu sudah pernah dimuat katanya.
BalasHapusHaoaaa selamat mbak. Saya maju mundur mau nyoba bikin cerita di kompas anak.
BalasHapusKeren banget sih Nyi, semoga bisa jadi penyemangat untuk yang lain juga ya.
BalasHapusKereen Nyi. Udah sering menang lomba blog, masih nulis cerita anak juga. Aku sampe sekarang belum bisa nulis cerita anak. Gimana yaaah wkwk
BalasHapusWah keren bisa masuk kompas, semoga di media - media yang lain juga ya kedepannya. Semangat terus dan berkarya terus pantang menyerah
BalasHapusAlhamdulillah selamat ya mba karyanya masuk di Kompas, tadi saya sudah baca dan mendengar ceritanya memang ceritanya mudah sekali buat diserap anak2 dan temanya sesuai pandemi saat ini :)
BalasHapusKeren nih kak, tulisannya bisa masuk di Kompas, semangat terus create ceritanya kak :)
BalasHapusBangga banget kalo tulisn kit bisa dimuat di surat kabar ya kak. Tapi aku ms belum punya nyali tertolak hahaha. Jadinya ngeblog aja
BalasHapusSelamat, keren. Cerita anak memang banyak tantangannnya. AKu sudah lama nggak baca cerita anak karena anak2 juga udah besar semua. Mungkin ntar kalau udah jadi nenek & terpaksa bacain buat cucu2 heheee.
BalasHapusKereen, Nyi.
BalasHapusTerbaiikk~
Kuncinya harus terus menulis dan banyak membaca tulisan orang lain yaa, Nyi.
Dan jangan patah semangat untuk mencoba.
selamat mba untuk kesuksesan pertama anaknya bisa masuk dalam kompas klasika, awal yang baik adek, semoga terus berkarya dan menulis lagi, sehingga kedepannya jadi penulis hebat buat adeknya ya mba, dan tulisannya bermanfaat bagi anak-anak yang lain, aamiin
BalasHapuskereeen lho mba dan aku udah lama nih ngga pernah baca cerita anak - anak lagi. Let's check it out
BalasHapusAku juga suka mengenalkan cerita anak - anak dalam bahasa Indonesia ke Bo et Obi.. biar familiar
HapusKeren banget Nyi, selalu semangat menulis dan menebar inspirasi. Aku belum pernah nih kirim cerita anak ke Nusantara Bertutur ini. Mau cobain aaahh... Makasih informasinya ya Nyi.
BalasHapusKeren banget lah sodaraku satu ini. Makin moncer saja karyanya
BalasHapusMau ikuti jejaknya ah
BalasHapusSudha lama tak menulis buat media
Semoga ada yang nyantol
Waaa keren banget ceritanya bisa dimuat di kompaaas, semangat terus, semoga bisa dimuat di media besar lainnyaa
BalasHapusAlhamdulillah mba tulisan tembus ke kompas. pastinya bangga sekali.karya mu makin ngehits. semoga teman yang lain bisa ikuti jejakmu.
BalasHapusKeren tulisannya bisa tembus Kompas. Selamat ya, Kak, dan terus menulis. Tak banyak loh teman penulis yang ceritanya bisa nembus di kompas klasika.
BalasHapusAlhamdulillah selamat ya terus berkarya
BalasHapus