“Hari Minggu kok lama sekali ya, Ma?”
gerutu Ipeh menantikan hari liburnya.
Di meja makan Ipeh,
bunda dan Ayah sarapan pagi dengan sepiring nasi goreng yang lezat buatan
bunda. Ada telor mata sapi yang cantik seperti matahari pagi, dan sosis yang
mirip gurita. Bunda sengaja mengiris sosis itu menjadi beberapa bagian, setelah
digoreng jadi terlihat melar.
“Memangnya Ipeh mau
pergi kemana hari libur nanti?” tanya bunda penasaran dengan Ipeh yang
uring-uringan menantikan datangnya hari Minggu. Ipeh mendongak sembari
mengerlingkan matanya, bunda menambahkan sosis goreng lagi ke piring Ipeh.
“Nungguin Nenek datang,
Ma,” ucap Ipeh sembari mengunyah nasi goreng dan mengigiti sosis, “nenek
katanya janji mau ngajarin Ipeh bikin kue, Ma?” cerita Ipeh antusias kepada
bunda.
Setiap hari libur tiba
nenek memang suka datang ke rumah Ipeh kadang-kadang, karena Ipeh cucu
satu-satunya kesayangan nenek. Setiap nenek datang ke rumah, Ipeh merasa sangat
bahagia. Karena nenek mengajarinya banyak hal. Tapi terkadang Ipeh tidak
sabaran, sehingga nenek berulang kali harus mengingatkan Ipeh agar menunggu.
“Ayok, Pah!” ajak Ipeh buru-buru kepada Papa yang masih sarapan sambil membaca koran. Melihat Ipeh yang buru-buru, Papa menutup bacaan korannya dan melirik jam dinding di atas kulkas, ruang makan. Masih pukul 06.00 WIB, masih ada waktu satu jam untuk Ipeh berangkat ke sekolah.
“Nasi
gorengnya masih ada tuh?” tegas Papa kepada Ipeh. Mama juga melihat anak semata
wayangnya tersebut, masih belum menghabiskan nasi di piring. “Masih ada waktu,
habiskan dulu ya, Nak?” ucap Papa lembut.
Padahal
Ipeh ingin buru-buru berangkat ke sekolah, kemudian pulang lantas hari berganti
lagi. Ipeh ingin hari Minggu lekas tiba. Ipeh memang tidak suka menunggu. Ipeh
ingin nenek segera datang ke rumah dan bermain bersamanya.
*
Di
sekolah Ipeh menantikan kedatangan teman-temannya, ada beberapa teman yang
sudah berada di kelas. Ada Intan, ada
Dian, ada Ety, dan masih banyak teman-temannya lagi belum datang. Tapi Ipeh
menantikan kedatangan Lendy, teman sebangkunya. Ipeh akan menawarkan kepada
Lendy, untuk belajar membuat kue bersama nenek, besok hari Minggu. Karena
kebetulan rumah mereka dekat.
Ipeh
melambaikan tangan, kepada Lendy yang telihat memasuki gerbang sekolah. “Lendy!
Cepetan, sini!” teriak Ipeh tidak sabar menanti langkah kecil Lendy. Lendy yang
melihat Ipeh, langsung tertawa agak sedikit berlari. Ibu guru yang melihat
Lendy berlari, memeringatkan untuk pelan-pelan saja. Agar tidak terjatuh.
Saking tidak sabarannya, Ipeh berlari mendekati Lendy dengan riang.
“Ada
apa Peh?” tanya Lendy penasaran kepada Ipeh yang menghampirinya, “jepit rambut
Ipeh, hampir jatuh itu!” tunjuk Lendy kepada Ipeh. Ipeh merasakan ada yang
melorot, lantas dia menarik jepit itu dan ditaruh di saku bajunya.
“Besok
Minggu, nenek mau ke rumah. Aku mau diajarin membuat kue, yang enak!” jelas
Ipeh dengan gamblang, “kamu mau ya Len, ikutan ke rumahku membuat kue? Biar
tambah rame, gimana?” lanjut Ipeh dengan antusias, berharap Lendy mau diajak
belajar membuat kue bersama.
“Boleh.
Tapi aku minta izin bundaku dulu, ya?” balas Lendy kemudian mengajak Ipeh
berjalan bersama masuk ke kelas.
*
Ibu
guru mengajari murid-murid bernyanyi, di Kelas. Karena bulan Agustus hampir
tiba, semua murid sudah harus bisa menghapalkan lagu, ‘17 Agustus 1945’, ciptaan H. Mutahar. Dengan iringan musik dan
lirik, murid-murid di kelas Ipeh belajar menyanyi bersama.
Tujuh belas Agustus tahun empat
lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka
Ibu
guru memberikan intruksi di kelas, siapa yang sudah hapal boleh maju ke depan.
Tidak berselang lama Ipeh maju ke depan. “Ipeh sudah hapal?” ibu guru bertanya
dengan ramah dan lembut.
“Sudah,
Bu!” ucap Ipeh lantang dengan percaya diri. Ipeh memang sudah diajarkan bunda
lagu ‘17 Agustus 1945’, tapi Ipeh
belum pernah berdiri menyanyikan lagu di depan teman-teman. Ipeh ingin kelas
segera usai, dan pulang ke rumah. Melakukan rutinitas seperti biasa dan hari
berganti petang. Ibu guru memersilakan Ipeh bernyanyi. Bait pertama selesai
dengan bagus. “Sekali merdeka, tetap
merdeka ...” Ipeh kemudian berhenti. Mengulangnya lagi dan berhenti lagi.
Seisi kelas kemudian bersorak ramai. Ipeh menjadi malu, tapi tidak sampai
menangis.
“Yang
menertawakan Ipeh, tadi harus maju ke depan dan bernyanyi ya!” Tegur Ibu guru
dengan tegas. Seluruh kelas hening kemudian, lantas ada yang berpura-pura menghafal,
ada yang berpura-pura melihat buku, karena menyesal telah membuat gaduh. Banyak
yang belum hafal juga. “Ipeh sudah bagus menghafalnya, tinggal bait kedua yang
harus dihafalin lagi ya?” ibu guru mengusap lembut pipi Ipeh, yang panas
dingin. “Boleh beri tepuk tangan Ipeh ya, karena sudah berani maju lebih
dahulu. Siapa berikutnya?” tawar ibu guru kepada murid-murid seraya bertepuk
tangan dan diikuti semua murid.
Setelah
Ipeh duduk kembali ke mejanya, Lendy tersenyum dan mengacungkan jempol kepada
Ipeh. “Kamu keren, Ipeh! Aku usahakan, Minggu datang ke rumahmu ya?” ungkap
kekaguman Lendy akan keberanian Ipeh. Ipeh langsung tersenyum ceria. Ia lupa
akan rasa malunya yang menyergap tadi.
*
Hari
Minggu yang dinantikan sudah tiba. Bel pintu rumah Ipeh berdering, tidak sabar
menantikan kehadiran nenek, Ipeh melompat dari kursi dan hampir saja terbalik.
Untunglah bunda sigap menahan badan Ipeh, Ipeh meringis. Lantas berlari ke
depan ruang tamu untuk membukakan pintu.
“Halo,
Peh. Selamat pagi,” sapa ramah Lendy dengan rambut yang dikuncir kuda. Lendy
juga memakai rok, dengan apron bergambar doraemon.
“Asik,
aku kira kamu nggak jadi main ke rumahku Len?” ungkap Ipeh senang, memersilakan
Lendy masuk ke dalam rumah. Tidak berselang lama pintu rumah kembali terdengar
nyaring. Ipeh kembali berlari untuk membukakan pintu.
“Nenek!”
teriak lantang Ipeh kemudian memeluk nenek dengan riang dan senang. Hari
istimewa yang dinantikan Ipeh akhirnya tiba juga. Setiap kali Mama dan Papa
mengajak Ipeh ke rumah Nenek, nenek selalu menawarkan kue yang lezat. Ipeh
ingin bisa membuat kue selezat nenek. “Nek, ini Lendy teman sekelasku,” Ipeh
memerkenalkan Lendy kepada nenek yang sudah masuk ke dalam rumah. Nenek juga
menyapa lembut Lendy, nenek bahagia Ipeh punya banyak teman.
*
Sebelum
nenek dan Lendy datang. Ipeh bersama bunda sudah menyiapkan bahan-bahan untuk
membuat kue, sesuai dengan perintah nenek di
telephone tadi malam. Bahan yang sudah siap ada tepung, susu, telur, soda
kue, mentega, gula, garam, dan vanila.
Nenek
mulai memakai apron, sementara Ipeh sudah memakainya setelah mandi pagi. Ipeh
sangat antusias di hari Minggu, ia ingin selalu hari minggu jadi hari yang
istimewa baginya. Selain mama dan papa libur, ada nenek juga yang selalu datang
mengajaknya bermain. Nenek mulai menimbang bahan sesuai dengan takaran, Ipeh
dan Lendy membantu nenek dengan cekatan. Pipi serta dahi Lendy dan Ipeh penuh
dengan tempelan tepung, tetapi keduanya terlihat sangat ceria.
Langkah
demi langkah membuat kue, diikuti oleh Ipeh dengan antusias. Ipeh dan Lendy
juga bekerjasama membantu nenek, setelah dimixer semua bahannya di taruh ke dalam loyang dan
siap dipanggang.
“Kita
atur dulu waktunya ya,” ucap nenek dengan menekan angka di layar oven. Ipeh dan
Lendy mengamati, “kita butuh waktu dua puluh lima menit”.
Baru
saja dimasukan Ipeh sudah melongok kembali oven, sementara nenek dan ibu
bercakap-cakap di depan televisi. Ipeh dan Lendy tidak sabar melihat kue yang
dibuat nenek matang. Berkali-kali Ipeh melirik detik yang tertera di layar
pemanggang.
“Sudah
jalan belum sih itu Lend?” tanya Ipeh sangsi, Lendy lantas menoleh ke arah
pemanggangan. Melihat detiknya Lendy yakin, oven milik Mama Ipeh tidak rusak.
Ipeh berdiri bolak-balik di depan pemanggangan.
“Mama
... Nek ... ovennya nggak rusak kan?” teriak Ipeh dari dapur. Bunda dan Nenek
yang tahu situasinya, tersenyum mendengar teriakan Ipeh. Nenek sedang menikmati
teh buatan bunda.
“Jangan
Peh,” bisik Lendy pelan. Ipeh menoleh tidak yakin kepada Lendy. “Sebentar lagi
Peh, pasti jadi”. Peringatan Lendy tidak didengarkan oleh Ipeh. Saking tidak
sabarannya, Ipeh mengintip pintu oven.
“Ppppppffftttsssss ...” terdengar suara
dari arah oven. Ipeh kaget dan langsung menutup kembali. Wajahnya berubah
menjadi khawatir. Lendy tidak tahu harus berbuat apa, karena ini pertama
kalinya dia membuat kue.
*
Dua
puluh lima menit berlalu, nenek datang ke dapur karena mendengar bunyi alarm
dari oven berdering. Nenek mengambil pelindung tangan, dan mengeluarkan loyang
dari dalam oven. Nenek kaget tentu saja, melihat kue yang dibuatnya berubah.
“Lho, hasilnya kok jadi begini? Ipeh membuka ovennya tadi, ya?” tanya nenek dengan
lembut, tidak ada perasaan marah. Nenek melihat Ipeh menunduk dan mengangguk,
nenek tahu Ipeh pasti menyesal. “Tidak apa, ya sayang. Ada hal-hal yang harus
kita tunggu, seperti membuat kue ini. Agar jadinya bisa bagus dan sempurna.
Kalau terburu-buru, ya begini hasilnya.”
“Maafkan
Ipeh, Nek. Kuenya jadi rusak,” ucap Ipeh dengan menyesal. Lendy yang berada di
sebelahnya ikutan sedih.
Nenek
mendekati Ipeh, mengusap lembut rambut Ipeh dan mengusap air mata yang menetes.
“Cucu nenek tidak boleh menangis. Tidak masalah kuenya tidak sebagus yang
seharusnya, yang penting rasanya lezat.” Hibur nenek kepada Ipeh, “Saatnya kita
menghias sebelum menikmatinya,” ajak nenek kepada Ipeh dan Lendy. Bunda melihat
dari kejauhan dan tersenyum dengan ulah Ipeh yang menggemaskan.
Ipeh
kembali tersenyum riang, bersama Nenek dan sahabatnya Lendy. Mereka bertiga
menghias kue dengan bahagia. Ada krim warna-warni, ada meses, ada chery, yang
membuat kuenya semakin cantik saja. Kue bantat tersebut berubah menjadi, kue
yang cantik sekali setelah dihias. Bunda menyiapkan karpet di sebelah taman,
Ipeh dan Lendy membawa kue ke atas karpet itu. Mereka bersama menikmati sore
dengan sepiring kue.
Ipeh berjanji, mulai
hari itu dia akan belajar menunggu dan belajar bersabar. Karena nenek bilang, ‘Kunci masuk surga adalah dengan bersabar’. (*)
Buat teman-teman yang mau baca cerita anak lainnya yang aku tulis, bisa langsung mampir ke KBM App. Bisa diakses menggunakan ponsel maupun website. Liknya aku bagiin di sini ya : https://kbmapp.com/book/detail/163dfe34-bb52-c400-85e9-35b8093ae14c?af=af186ba4-ba91-fe1b-4bc5-077149a158a7
Selamat membaca, dan mari terus menulis.
Posting Komentar
Posting Komentar