3 Puisi Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu Dalam Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang


3 Puisi Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu Dalam Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang - Sapardi Djoko Damono pujangga produktif berkebangsaan Indonesia, yang sudah menciptakan ribuan puisi begitu saya kagumi. Meski kadang kala saya nggak ngerti artinya, suka aja baca pusi-puisi yang beliau tulis.


prestasi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono yang terkenal
Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang



Nah dalam postingan kali ini, saya ingin menuliskan puisi Sapardi Djoko Damono yang berkolaborasi dengan penyair muda dengan nama pena 'Rintik Sendu'.

 

Rintik Sendu memulai awal karir penulisannya dengan novel berjudul 'Geez & Ann', di tahun 2017 kemudian ia menulis 'Buku Minta Dibanting', dan yang baru-baru ini adalah Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang duet bareng pujangga kenamaan Indonesia: Sapardi Djoko Damono.

 

 

Ini Dia 3 Puisi Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu Dalam Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

 

Buku 'Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang', terbitan Gramedia Pustaka Utama ini sudah rilis sejak tahun 2020. Seperti apa isinya? Berikut puisi yang begitu menawan tersebut.

 

1.

 

Masih Ingatkah kau jalan pulang?

 

Tak ada jalan

dan tak ada pulang

kita di atap langit

nun di bawah rata belaka

suatu saat biru

di saat lain merah kesumba

 

Jadi kau tidak ingat lagi

tak percaya lagi

akan jalan pulang?

 

Apakah pergi harus

juga pulang?

apakah prgi

harus juga berpikir

untuk pulang

Apakah pulang hanya ada

kalau kita pergi?

Apakah pulang

dan pergi harus berpasangan?

 

Masih ingatkah kau

sepasang pergi dan pulang?

Luasan bumi yang menatap langit

bermimpi untuk pulang kembali?

 

 

prestasi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono yang terkenal
Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang Sapardi Djoko Damono

2.

 

Aneh, jalan ini berujung

di tepi pantai yang landai

yang cakrawalanya

tak kasat indera

 

Jalan ini berujung

di tanah landai

di pasir basah

di suatu jam

yang tak bisa digeser-geser

jarum-jarumnya

di pikiran yang silang-menyilang

yang tidak ada ujungnya

di aliran darah yang tak kelas

putih merahnya

 

Keluarlah kau sekarang

katakan dengan jelas dan lugas

aku tak tahu harus tinggal

atau harus menyeberang

 

 

3.

 

Kita di meja makan yang kosong

aku menarik napas panjang

dan dengan cermat

kusaksikan kau meleleh

dari pori-pori kulitku

tak henti-henti meleleh

dari pori-pori kulitku.

 

Dan ketika napas kuhembuskan

kau menjelama bayangan kabur

dan ketika engahan mati-matian kutahan

kau menjelma sosok duduk

di seberang meja - menatapku.

 

Perempuan, aku suka melihat

gambar-gambarmu di media

sering membaca komentar

emoticon atau dua tiga patah kata

 

Perempuan, kaukah itu yang sekarang

duduk di seberang meja makan

memandang tajam-tajam padaku?

 

Kenapa kau menatapku begitu?

 

Benarkah kau Perempuan cerdas

yang suka mendongeng

mengocok pikiran

membolak-balikkan

amanat yang kauplesetkan

yang pernah aku bisiki

I think I love you.

 

Perempuan muda yang lugas

yang hitam-putih eromanya

yang menyebabkan aku menata

aksara demi aksara kata demi kata

frasa demi frasa larik demi larik

kalimat demi kalimat

alinea demi alinea

Yang menyebabkan aku

bertanya kepada diri sendiri

kenapa aku jadi begini.

Ya, kenapa aku jadi begini

Yang menyebabkan aku menyerah:

hanya ada kamu

di kepalaku

 

Kenapa kau menatapku begitu.

Sayangku?

 

 

Demikian ketiga puisi dalam buku 'Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang', yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu.

 

 

prestasi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono puisi sapardi djoko damono yang terkenal
Cover Buku Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

 

Detail Buku Puisi 'Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang'

 

  • Judul : Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang
  • Penulis : Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sendu
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
  • Jumlah Halaman : 108 halaman
  • Bahasa : Indonesia
  • Rilis : 17 February 2020
  • Sinopsis:

 

Masih ingatkah kau jalan pulang?

Tak ada jalan dan tak ada pulang kita di atap langit nun di bawah rata belaka suatu saat biru di saat lain merah kesumba.

Jadi kau tidak ingat lagi tak percaya lagi akan jalan pulang?

Apakah pergi harus juga pulang?

apakah pergi harus juga berpikir untuk pulang?

Apakah pulang hanya ada kalau kita pergi?

Apakah pulang dan pergi harus berpasangan?

 

 

Untuk puisi-puisi yang lainnya, bisa diintip ketika kalian sudah memiliki bukunya. Semoga bocoran isi puisi tersebut, membuatmu makin penasaran apa isinya. Selamat membaca dan sebarkan virus literasi di sekitarmu.

 

 

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat