Kado Istimewa dari Ayah dan Ibu

 

Pagi-pagi Wuri sudah cemberut, padahal dua hari lagi dia akan berulang tahun yang keenam tahun. Baik Ayah ataupun Ibu, tidak ada tanda-tanda mengajaknya berdiskusi. Apakah akan dirayakan seperti tahun sebelumnya, atau hanya selametan biasa saja.




ucapan ulang tahun selamat ulang tahun kata-kata ulang tahun untuk teman ucapan ulang tahun untuk teman



 

"Apa Wuri tidak suka lauknya?" tanya ibu di meja makan ketika mereka sarapan bersama.

 

Wuri menggeleng, "Suka. Tapi Wuri sedang tidak berselera," balas Wuri memberi tahu ibu.

 

Nasi goreng dan telur mata sapi, adalah menu sarapan pagi yang paling Wuri suka. Tetapi pagi ini dia memang tidak berselara, bukan karena tidak enak masakan Ibu. Hanya saja hatinya sedang merasa tidak nyaman. Wuri masih memikirkan hari ulang tahunnya yang akan datang sebentar lagi. Wuri tidak menghabiskan sarapan pagi itu, dia lantas pamit dan bersalaman kepada Ibu untuk berangkat ke sekolah.

 

*

Di depan gerbang sekolah, Wuri bertemu dengan Dewi. Ia ingin menghindar sebenarnya, karena malu dengan pertanyaan Dewi. Kapan dirinya akan mengundang Dewi ke pesta ulang tahunnya. Makanya Wuri berjalan cepat-cepat, agar Dewi tidak mengejarnya.

 

"Wuri, Wur ... tungguin dong!" seru Dewi dari belakang.

 

Aduh gimana nih, ucap Wuri dari dalam hati. "Eh ... iya Dew. Kenapa?"

 

"Kamu kok buru-buru banget si? Emang ada PR yang belum dikerjakan?" tanya Dewi penasaran.

 

            “Tidak, sih! Aku pagi ini piket,” balas Wuri agar Dewi tidak curiga. Mulut dewi membulat, seperti bilang ‘Oh’.  Wuri merasa lega.

 

            “Eh, tapi, Wur! Gimana ulang tahunmu besok? Aku diundang kan?” cecar Dewi kembali. Wuri tidak tahu harus membalas pertanyaan itu bagaimana. Yang Wuri lakukan lantas menghindar.

 

            “Aku masuk duluan ya, Dew! Takut dikomplain teman yang lainnya, nih!” tukas Wuri kemudian. Ia merasa tidak enak, demikian juga tatapan Dewi merasa sedikit aneh.

 

            Jadi selama di kelas tadi Wuri memilih untuk diam dan tidak keluar kelas. Dewi teman sebelah bangkunya juga tidak mengajak Wuri ke kantin. Karena merasa Wuri memang sedang tidak ingin diganggu. Baiklah, tidak apa-apa kalau dirinya tidak diundang untuk datang diulang tahun Wuri. Begitu pikirnya. Jadi dia juga tidak akan mengundang Wuri, pada ulang tahunnya ke tujuh tahun. Di saat pulang sekolah, Wuri juga memilih pulang duluan setelah bel lantas berlari dengan cepat.

 

            “Apa kalian sedang berantem?” tanya Rahmi yang penasaran. Karena biasanya di mana ada Wuri, di situ ada Dewi. Tapi kali ini berbeda, Dewi pulang sendirian.

 

            “Tidak. Kami baik-baik saja. Wuri sedang buru-buru,” tegas Dewi menutupi apa yang sedang terjadi. Toh memang keduanya memang tidak berantem. Semua baik-baik saja. Wuri hanya sedikit menjadi lebih pendiam.

 

*

Satu hari menjelang ulang tahun wuri

 

 

            Wuri memang masih kesal dengan Ayah dan Ibu, tetapi dia tetap berpikir positif. Ia masih ingat pesan Ayah dan Ibu, bahwa berburuk sangka itu tidak baik dan dibenci oleh Allah. Jadilah Wuri berusaha menerima. Mungkin Ayah dan Ibu sedang tidak memiliki uang. Mungkin Ayah dan Ibu lebih butuh uang untuk membeli susu, untuk adik. Apalagi tadi siang dia dan teman sekelasnya melakukan kunjungan ke panti asuhan. Kegiatan rutin satu bulan sekali dari sekolahnya. Di bulan Februari, menjadi giliran kelas Wuri untuk berkunjung. Wali kelas mereka Bu Uniek yang menemani kunjungan tersebut.

 

            “Kita harus banyak bersyukur ya anak-anak! Karena masih memiliki Ayah dan Ibu yang sangat menyayangi kita,” jelas Bu Uniek kepada murid-murid. Semuanya mengangguk setuju.

 

            Rombongan kelas mereka memberikan bantuan perlengkapan sekolah, sembako, susu, banyak pakaian, dan masih banyak yang lainnya yang dibawa. Mereka saling berjabat tangan berkenalan, bernyanyi, dan makan bersama. Wuri sangat bahagia sekali, ia lupa akan ulang tahunnya yang akan terjadi besok.

 

*

 

            Hari ulang tahun Wuri yang keenam tahun

 

 

            Wuri sarapan pagi seperti biasanya, lantas berangkat sekolah setelah berpamitan kepada Ayah dan Ibu. Sesampainya di kelas, ia mendapati surat dari Dewi sahabatnya. Surat bernuansa merah muda, dengan tulisan warna-warni yang cantik. Sebuah ucapan selamat ulang tahun yang sangat berarti baginya, bahkan ia belum mendapatkan ucapan ulang tahun dari Ayah dan Ibunya. Mungkin Ayah dan Ibu lupa, karena adik sedang tidak enak badan kemarin.

           

            Dibacanya sekali lagi surat ulang tahun dari Dewi. Wuri merasa tidak enak karena terakhir kali, dia tidak menjawab pertanyaan mengenai ulang tahunnya. Wuri ingin berterima kasih kepada Dewi. Tapi tas sekolah Dewi tidak ada dibangkunya, Wuri memang sengaja berangkat lebih awal dari biasanya. Apa jangan-jangan memang sengaja di taruh kemarin?

 

TETTTTTTTT ... TEEEEEEEEEET!

 

Bel sekolah sudah berbunyi, tapi Dewi juga belum sampai di kelas. Bu Uniek sebentar lagi masuk kelas, Wuri jadi khawatir. Tidak berselang lama Bu Uniek datang berbarengan dengan Dewi. Dewi berlari menuju bangkunya, yang bersebelahan dengan Wuri. Dewi langsung duduk tanpa melihat bangku Wuri. Ketua kelas langsung mengajak murid-murid untuk memberi hormat kepada Bu Guru, diteruskan dengan berdoa.




ucapan ulang tahun selamat ulang tahun kata-kata ulang tahun untuk teman ucapan ulang tahun untuk teman




 

Wuri dengan sabar menunggu jam pelajaran selesai, ia ingin segera mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya Dewi. Tapi setelah jam pelajaran selesai pun Bu Uniek tidak lantas pergi.

 

“Anak-anak, Ibu ada pengumuman!” kata Bu Uniek kemudian, “hari ini kalian bisa makan di kantin dengan gratis, ya!” lanjut Bu Uniek membuat seisi kelas bengong. “Lho! Kenapa? Nggak ada yang mau ditraktir nih?”

 

“Maaauu, Bu!” serentak seluruh kelas berseru, seperti sedang melakukan paduan suara.

“Baiklah,” seperti sedang menunggu jawaban murid-muridnya yang penasaran, “hari ini teman kalian, Wuri berulang tahun. Orang tua Wuri berpesan kepada ibu, untuk mentraktir kelas 1.A.”

 

“Hooooree!” kembali seluruh kelas berteriak girang.

 

“Nah, mari kita ucapkan selamat ulang tahun untuk Wuri. Doakan Wuri dengan doa-doa terbaik kalian, ya?”

 

“Selamat ulang tahun, Wuri. Semoga panjang umur dan sehat selalu,” ucapan selamat ulang tahun berdatangan kepada Wuri. Ia jadi terharu, terlebih kepada kedua orang tua yang dia pikir melupakannya. Setelah menyampaikan amanah dari orang tua Wuri, Bu Uniek berpamitan ke luar kelas.

 

Dewi juga mendekat Wuri, memberikan selamat dan mencium kedua pipi sahabatnya. Mereka kembali dekat. Keduanya berjalan menuju kantin, sementara teman-teman sekelas yang lain sudah menuju kantin lebih dulu.

 

“Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan,” ucap Dewi kepada Wuri. Dewi menarik tangan kanan sahabatnya menuju ke parkiran.

 

“Wah ... sepeda barumu ya?” kata Wuri melihat sepeda yang dipamerkan Dewi. Warnanya merah muda, cantik sekali. Dewi lantas mengambil sepucuk amplop dari keranjang di sepeda dan menyerahkannya kepada Wuri.

 

“Buka aja!” perintah Dewi. Wuri agak heran, dan membuka isinya.

 

Selamat ulang tahun anaku, Wuri. Semoga kamu menyukainya ya, Sayang. Dari Ayah dan Ibu.


“Dari Ayah dan Ibu, ya?” tanya Wuri memastikan kembali kepada Dewi.

 

“Tadi kamu berangkat kepagian?” selidik Dewi, “Ibu dan Ayahmu datang ke rumah, menitipkan kado itu. Yang seharusnya diberikan langsung kepadamu.”

 

Wuri tidak menyangka, Ayah dan Ibu ternyata memberikan kejutan bertubi-tubi kepadanya. Wuri malu merengek, dia sudah besar dan menjadi kakak. Wuri sangat bersyukur, dikelilingi keluarga yang menyayanginya. Kalau ingat dia cemberut dan kesal, malu rasanya. Dalam hati Wuri juga mengucapkan terima kasih kepada Allah, sudah menganugerahinya sahabat yang baik seperti Dewi. (*)

 



ucapan ulang tahun selamat ulang tahun kata-kata ulang tahun untuk teman ucapan ulang tahun untuk teman



 

Cerita ini adalah fiksi yang diikutsertakan dalam Lomba Blog Menulis Fiksi “Ulang Tahun” yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Semarang Gandjel Rel.

Postingan Terkait

10 komentar:

  1. MasyaAllah Mbak Nyi ternyata pinter nulis cerpen juga, semoga beruntung di lombanya ya

    BalasHapus
  2. terharu bacanya ya, senang banget saat kita masih kecil sekolah gitu terus dapat kejutan hadiah dari orang-orang tersayang seperti orang tua duhhh senang banget rasanya

    BalasHapus
  3. Senangnya Wuri dapat kejutan berkali2 dari ayah dan ibu.

    Semangat ya Nyi. Semoga sukses hasil lombanya.

    BalasHapus
  4. Waaah semoga menang ya, Mba. Saya sudah lama nggak nulis fiksi, baca cerpen Mba Nyi ini kayak dejavu.. xixixi

    BalasHapus
  5. Baguuuus oleh NYI! Ini bisa aku jadiin cerpen pengantar tidur utk anak2ku Nanti. Tapi tunggu ultah si adek lewat dulu. Lah kalo dia, ultahnya 5 hari lagi, udah sibuk nanyain kado yg ntr udh dia susun liatnya wkwkwkwkwkw. Inget aja ntr LG ultah :p

    Semoga bisa menang ya Nyi ;)

    BalasHapus
  6. Momennya pas banget sama ulang tahun anakku yan pertama, Nyi.
    Dunia anak-anak ini memang unik sekali yaa...

    BalasHapus
  7. Senang banget ya Wuri dapar kejutan dari Ayah dan Bunda 😍

    Cerpennya keren mbak, ceritanya mengalir juga jadi gak bosan bacanya

    BalasHapus
  8. Aku sukaa mbak alur ceritanya. Keren banget mbak nulis cerpen gini, dari dulu belajar aku gak pernah bisa bikin cerpen

    BalasHapus
  9. Berasa baca cerita waktu sekolah dulu, seru hihi. Jadi kangen jajanan kantin juga, pernah ih sekali ada traktiran dari temen, lumayan sehari bisa hemat uang sakuu :3

    BalasHapus
  10. Wah cerpennya so sweet banget, kejutan buat seseorang itu emang menyenangkan. Ak lama banget nggak bikin cerpen...
    Oh ya semoga menang lomba yaa...

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat