Bincang Budaya Pesona Batik dari Generasi ke Generasi Sebagai Wujud Akulturasi Budaya


Bincang Budaya Pesona Batik dari Generasi ke Generasi Sebagai Wujud Akulturasi Budaya - Hidup adalah proses perjalanan, begitu juga dengan batik. Kain yang awalnya berupa lembaran biasa, menjadi begitu berharga ketika sudah menjadi batik. Menurutmu batik itu apa sih? Jika pendapatmu hanya selembar kain bermotif, kamu benar. Tapi lebih dari itu, batik yakni kain bergambar dengan pembuatan yang sangat special. Dari titik-titik berpola, dibentuk dari malam menggunakan alat yang bernama canting, di atas kain mori. Prosesnya juga tidak instan, bahkan sudah ada sejak jaman Majapahit, hingga sekarang. Batik tidak hanya ada batik tulis, tetapi ada batik cap. Nah yang mana jadi favoritmu?




Batik sebagai wujud akulturasi budaya

Kota penghasil batik terbesar di Indonesia adalah Pekalongan dan batiknya sudah menyebar ke seantero Nusantara. Tidak hanya berbentuk kain, tetapi melainkan bisa diaplikasikan menjadi apa saja dan dipakai dalam berbagai acara. Apakah kamu pernah memakai batik? Kalau saya sendiri batik merupakan kain favorit saya, terlebih batik sudah ditetapkan oleh UNESCO menjadi Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi semenjak 2 Oktober 2009. Tidak hanya saya yang bangga, seluruh rakyat Indonesia pastinya iya. Pun dibuktikan dalam keseharian dalam instansi, sekolah atau perusahaan jika dalam seminggu pasti ada satu hari yang harus mengenakan pakaian batik. Untuk apa? Agar batik selalu bisa menjadi tradisi pemersatu bangsa.

Bincang Budaya Pesona Batik dari Generasi ke Generasi

Alhamdulillah pada Jumat, 19 Oktober 2018, saya berkesempatan hadir dalam 'Bincang Budaya hari Batik Nasional Pesona Batik Peranakan Wujud Akulturasi Budaya'. Bertempat di Hotel Santika Pekalongan, yang dihadiri oleh banyak komunitas yang ada di Pekalongan. Setelah registrasi acara dimulai, yang pertama dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sebagai wujud kecintaan kita pada tanah air Indonesia, kemudian berdoa. Semoga acara bincang budaya hari ini berlangsung dengan lancar, dan memberikan kebermanfaatan.

Gong lima kali yang dipukul oleh Dirjen Indormasi dan Komunikasi Publik, Ibu Niken Widyastuti menandakan batik resmi dibuka. Didampingi oleh Bapak Walikota Pekalongan, dan Kepala Dinas Kominfo Kota Pekalongan Sribudi Santoso. Tidak hanya itu, bincang budaya kali ini turut menghadirkan 3 nara sumber keren yang mumpuni dibidangnya. Siapa saja sih?





Guru Besar Sosiologi Batik, Universitas Negeri Sebelas Maret,  Prof. Dr. Mahendra Wijaya yang mengulas soal Sejarah Batik Indonesia

Yang mana batik Pekalongan memiliki motif alam, flora-fauna, bahkan kehidupan masyarakat saat itu.
"Batik merupakan gagasan kebudayaan yang sudah ada sebelum Indonesia merdeka, dan sudah ada", ungkap Bapak Mahendra menjelaskan kepada kami pada peserta. Tetapi ada dua hal yang Bapak Mahendra tekankan, adalah pewarnaan dan desainnya. Sementara pewarnaannya bisa dari alami dan kimia.

"Tulis itu alami, cap dan printing adalah dari pewarnaan kimia," beber bapak Mahendra dan peserta semakin antusias sekali. Apalagi beberapa batik memiliki banyak fungsi. Yang bisa dikreasikan sebagai umborampe ritual tradisional, fashion untuk pesta, seragam sekolah, aksesoris dan lain sebagainya. Keren bukan? Dari generasi ke generasi batik tetap memiliki hati dan memikat siapapun yang memakainya .


Drs. Sudarshono, MA, dosen Fisip Universitas Sebelas Maret yang membahas batik dari segi kebudayaan dan kebangsaan

Meski batik yang terkenal berasal dari Solo, Jogja, Cirebon dan Pekalongan tetap saja dimanapun tempatnya batik Pekalongan selalu ada di mana-mana. Bapak Sudarshono mencontohkan, di Pasar Klewer pun batik Pekalongan tetap ada dan merajalela. Dan Bapa Sudarshono menghimbau kepada peserta yang hadir agar terus melestarikan batik, dan mencintai produk sendiri dari dalam negeri. Apalagi untuk kalangan muda.





Mira Sahid, founder Emak-emak Blogger, yang memberikan materi tentang penulisan yang baik dimedia sosial

 Misalnya harus menulis yang baik-baik, dan menulis yang bermanfaat. Saring dahulu sebelum sharing, dan think before posting.

"Menulis adalah proses kreatif," ungkap Mba Mira dengan gamblang. Maka sebelum menulis hal yang perlu kita lakukan adalah dengan niat, kemudian banyak membaca. Disadari atau tidak amunisi seorang penulis adalah dengan banyak membaca, agar kaya kosa kata. Nggak lucu kan kalau menulis cuma kata-kata itu saja yang terus diulang? Pembaca pastinya akan bosan bukan?

Mbak Mira juga membocorkan penulisan yang baik, sepertinya tulis intro atau pembukaan dahulu kemudian detail isi dan kesimpulan. Selain itu proses kreatif juga harus digali, biar tulisannya kaya isi. Tulisan yang baik juga bisa dilihat dari sisi uniknya, bagaimana tulisan itu bermanfaat untuk orang lain, inspiratif, ada data dan fakta serta tidak melakukan copy paste. Jika pun itu mengambil tulisan orang lain harus disertakan sumbernya.

Secara keseluruhan saya sangat berterima kasih atas terselenggaranya acara, Bincang Budaya Pesona Batik dari Generasi ke Generasi Sebagai Wujud Akulturasi Budaya. Dengan hal ini wawasan, ilmu serta sejarah batik jadi gaungnya semakin dikenal dan bisa semakin dicintai oleh masyarakat Indonesia. Semoga acara serupa terus diadakan dengan rutin setiap bulannya. Saya bangga 



Postingan Terkait

12 komentar:

  1. Mantaaaab Nyi... Semoga kita bisa menjadi agen pelestari batik melalui penggalian dan penyebarluasan informasi ttg nilai2 luhur batik ya..

    BalasHapus
  2. Batik aku suka semua motifnya asal batik indonesia semua bagus

    BalasHapus
  3. Kalau buat aku, tiada hari tanpa batik...mau di rumah,mau kerja, ataupun jalan-jalan hampir selalu pakai batik. Apalagi yang namanya daster batik, aku cinta banget..meski udah bolong di tetep aja enak dipakai...wkwk...

    BalasHapus
  4. Batik sebagai warisan budaya setuju banget, dan apalagi kini banyak inovasi terbaru soal batik. Maju terus batik Indonesia

    BalasHapus
  5. Aku cinta batiiik...harus dilestarikan warisan nenek moyang ini

    BalasHapus
  6. Motif batik pekalongan memang banyak banget yaa mba, bagus2 semua pulaa..

    BalasHapus
  7. Wah batik emang bikin terpesona ya, dan yg pakai batik pun terlihat memesona. Ayuk jaga kelestariannya.

    BalasHapus
  8. Baru tahu saya ada guru besar sosiologi batik. Wow. Pengetahuan beliau ttg batik pasti dalam ya, harusnya satu postingan dari beliau saja harus dibuat, Nyi 😍

    BalasHapus
  9. Salah satu wastra Indonesia yang wajib dilestarikan...aku cinta batik

    BalasHapus
  10. BATIK... begitu mempesona, begitu berharga. Tiada momen kehidupan orang jawa yang dilewati tanpa sehelai kain batik. Ketika bayi, ketika kecil diimang-timang digendong dgn jarik batik. Pengganti bedong si bayi pun nyaman dibalut dengan kain batik yang adem. Masa SD Ibu memperkenalkan dengan tarian jawa yang lemah gemulai, dan semakin besar semakin dewasa jiwa pun membaur dengan kostum tarian dan kain batik pelengkap, karakter pun dan postur tubuh menyesuaikan dengan peran. Teringat alm ibu begitu anggun mengenakan stelan kebaya dan jarik pada saat2 resepsi, peninggalan beliau berupa koleksi kain batik sogan tersimpan dengan baik, yang masing2 mempunyai makna... Memori terbersit pada kesakralan kain batik momen mengunjungi makam Imogiri dengan alm pakdhe yg menikahkan kami pd akhirnya. Dengung gamelan yang mengiringi upacara pernikahan kami dimana sbg pengantin berjalan dengan khidmat, dengan anggun mengenakan busana tradisional paes agung... Hingga entah kenapa di Jakarta ketika melahirkan si kecil rasanya nyaman aja pake sarung batik... Begitu banyak momentum istimewa dengan batik...

    BalasHapus
  11. Keren banget ya bisa bincang budaya membahas batik ini emang perlu dilestarikan. Apalagi para blogger juga hadir makin banyak yang bisa disebarluaskan.

    BalasHapus

Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat