Menulis karena Merindukan
Menulis karena Merindukan - Saya sampai lupa kapan terkahir menulis puisi, dulu
saya mengawali dunia menulis dengan belajar menulis puisi. Ada alasan yang
entah mengapa, kemudian menggerakkan hasrat saya dengan menuliskannya. Motivasi
saat itu sangat kuat, niat yang ada di ubun-ubun kepala bukan rencana belaka.
Tetapi di tahun-tahun belakangan ini menulis artikel, menjadi kesibukan saya
sehari-hari. Aih ... saya pun rindu menulis novel.
Menulis
seperti melepaskan hasrat, membebaskan saya sekaligus menghibur. Ide yang
menari-nari di kepala, selalu melahirkan gambaran hingga akhirnya ada tantangan
yang harus saya takhlukan dengan menuliskannya. Terkadang pun niat dan ide
lenyap begitu saja, karena terlalu lama mengeksekusinya menjadi tulisan.
Padahal untuk menulis kita cuma butuh niat, ide dan perangkat cerita agar kita
mau menggerakan jemari kita. See ... semudah itu bukan? Tetapi kita sendirilah
yang telalu banyak mengulur waktu, menunda dan menjabarkan banyak alasan belum
memiliki waktu luang. Itulah yang saya rasa kan sekarang, draft-draft novel
berserakan menunggu untuk diselesaikan. Semoga rosulusi tahun 2018 ini, saya
bisa menyelesaikan satu novel yang sempat mangkrak dua tahun ini. Aamiin.
Alhamdulillahnya
meski belum sempat menulis novel impian yang kali kesekian, saya masih
menyempatkan diri bergabung dengan komunitas Gandjelrel Semarang. Masih
meluangkan jari-jemari untuk menulis di blog, agar pikiran terus bergerak dan
melawan keengganan yang kerap kakali menjadi-jadi. Thanks mba Lestarie, yang lebih sering dipanggil Taro
sudah melemparkan tema Resolusi di 2018 pada arisan blog Gandjelrel periode
yang ke-20. Semoga saya bisa mengomando diri, dengan lebih tegas lagi pada diri
sendiri untuk lekas menghasilkan karya lagi. Selamat ulang tahun untuk Gandjelrel yang baru saja bertambah umurnya,
barokallah selalu menebarkan inspirasi dan mempererat silaturahmi. Terima kasih
telah menaungi dan membersamai saya, dalam setahun ini. Semoga rezeki selalu
mengalir dali pertalian yang indah ini aamiin.
Mengapa harus menulis?
"Ikatlah
ilmu dengan menuliskannya," ucap Sayyidinna Ali bin Abi Thalib, Ra.
Karena
bagaimanapun menulis adalah salah satu cara untuk mendokumentasikan sejarah,
baik pribadi, nasional dan internasional. Pesan saya, berusahalah menulis
setiap hari, tanpa tulisan sejarah akan menguap begitu saja. Jangan takut tidak
memiliki pembaca, karena setiap tulisan memiliki penggemarnya sendiri-sendiri.
Jika
ada ide atau gagasan muncul, maka abadikanlah gagasan tersebut. Simpan dan
tangkap dengan baik. Buatlah catatan rekaman, segala ide yang sering melintas
di pikiran. Jadikan ide sebagai bank tulisanmu. Lawan rasa malas, rasa enggan,
ragu atau bingung yang biasanya muncul. Perangis segala perasaan itu dengan
sebuah kerinduan dalam menulis. Semoga tulisan-tulisan kita akan membawa kita
pada keberkahan dan amal yang akan menyelamatkan kita nantinya. Maka tulislah
hal yang baik-baik saja.
Semoga tahun ini mbak Nyi bisa berkarya dengan novel-novel yang disenangi para pembaca.
BalasHapusmakasih mba, udah lama nggak ngenovel jadi fiksinya tumpul.
HapusAku juga bertekad untuk kembali menulis, tidak terlambat bukan?
BalasHapus