Menginap di Stasiun Balapan Solo Semalaman | Nikmatnya Perjuangan Sesungguhnya
Menginap
di Stasiun Balapan Solo Semalaman | Nikmatnya Perjuangan Sesungguhnya - Beberapa teman saya pernah bilang, "Uripmu enak yo, jalan-jalan
terus", terus ada juga yang bilang, "turumu pindah-pindah hotel terus yo?" Saya tersenyum,
sebelum membalas obrolan singkat lewat WhatsApp tersebut. Sebenarnya memandang
kehidupan orang lain itu, laiknya memandang bulan dari bumi. Kita tidak akan
pernah tahu, apa yang terjadi di baliknya.
Padahal Allah lah yang Maha Memberi,
kita tinggal menjalani tapi kerap kali orang lain selalu mengomentari. Orang
memandang kita hanya dengan sebelah mata, tidak membuka lebar kedua mata dan
hatinya dalam menilai manusia. Pilihannya jangan dengarkan apa yang tidak
pantas untuk didengarkan, ambil sisi positifnya. Saya sering bilang kepada
sahabat saya yang suka mengeluh dan membandingkan kehidupannya dengan orang
lain. "Semakin sering mengeluh dan
semakin sering membandingkan, beban kamu justru jauh lebih memberat".
Ada apa dengan
stasiun Solo Balapan?
Karena saya seorang pekerja dibidang
menulis, ditempatkan dimanapun saya harus siap. Oleh sebab itu beberapa orang
memandang saya kerjaannya dolan-dolan. Saya selalu menimpali dengan ucapan,
"Alhamdulillah, dikasihnya kerjaan beginian". Kalau tidak mencintai,
saya tidak akan mungkin menjalani ya kan?
Terus apa saya pernah iri dengan orang
lain yang kerjaannya nggak perlu panas-panasan? Tidak, karena saya sudah pernah
ngalamin kerja kantoran, kerja di ruang ber-AC, bahkan pekerjaan yang ngosek WC
hahaha ... Saya lebih sering
mengingatkan, "Bukannya enakan kamu? Nggak perlu keluar panas-panasan.
Nggak perlu nguber-nguber bus kalo ketinggalan, semuanya sudah sesuai dengan
porsinya".
Nah, di stasiun Balapan Solo ini seperti
lagunya Didi Kempot. Seminggu lalu saya pernah menginap di sini, karena nggak
dapat kereta menuju Jogja dan sampainya sudah tengah malam. Akhirnya pilihan
jatuh menginap di stasiun Balapan, pengennya nginep di penginapan biar bisa
tidur enak. Tapi demi menghemat waktu, dan harus liputan pagi-pagi mau nggak
mau saya pilih tinggal di stasiun aja. Meski pas bangun badan pegel-pegel, dan
harus mengubah gaya tidur ke kanan dan ke kiri, namanya juga bangku. Kecil.
Tapi inilah nikmatnya perjuangan yang sesungguhnya.
Duduk di kursi tunggu penumpang, sudah
menjadi hal biasa. Bahkan saya jadi ingat nih, dulu pas penerbangan ke Hongkong
jadi TKW, saya transit lebih di bandara
Brunei Darusalam dan menunggu penerbangan pagi. Kehidupan itu hanya
perlu dinikmati ya kan? Kadang untuk menjadi luar biasa itu kita butuh waktu
yang panjang, butuh disakiti, butuh airmata, butuh dihina pula dan butuh jam
terbang yang teruji lama. Nggak heran, mereka yang sukses adalah orang-orang
pilhan yang sudah ditempa sekian tahunan.
Yang pasti, nggak ada perjuangan yang
sia-sia saat kita bersungguh-sungguh menjalaninya. Siapkan bekal saja, karena
terkadang bisa jadi kita sukses, bisa juga belajar (bukan gagal). Semangat
melakukan hal baik setiap harinya, salam!
Demi pekerjaan apapun akan dilakukan ya mba, termasuk menginap di stasiun~ hehe, saya juga pernah menginap di bandara untuk kejar penerbangan pagi demi pekerjaan, biarpun cape tetap harus dilakukan dengan ikhlas :D salam sukses dan semangat, mba.
BalasHapusSaya juga sering tidur di stasiun. Lumayaaan enak dan aman daripada tidur di luaran hehe.
BalasHapusSawang sinawang ya kalau lihat kehidupan orang lain
BalasHapusSelalu ingat lagu Didi Kempot kalau melihat atau mendengar tentang Stasiun Balapan.
BalasHapusMemang kadang orang nggak tahu ya, Kak apa yang sudah terjadi pada hidup kita. Apa-apa yang kita perjuangkan. Orang tahunya kulit luarnya saja.
Keep strong, Kak.
Halo kaak, semangat ya. Aku jg pernah nginap di pelabuhan krn nunggu melanjutkan perjalanan habis subuh supaya aman hihi. Aku sekali mampir ke Stasiun Balapan pas dr Surabaya, roti maryam yg mangkal di depan stasiun enak loh 😋
BalasHapusTotalitas demi kerjaan ya mbak.
BalasHapusMantap
Aku pernah nginap di stasiun kereta Jatinegara, bandara, yang penting tetap sabar dan ikhlas. Jadi nggak terasa nunggu lama. Soal profesi kerja, semua ada kelebihan dan kekurangan ya Nyi. Semangaaat Nyi, dikau setrong banget
BalasHapusWah aku sih udah ngga sanggup. Loro boyoke nduk :D
BalasHapusWah gk kebayang deh gmn rasanya. Nginep dengan kondisi seperti ini. Kalo di bandara mungkin masih mending hehehe
BalasHapusSalam
Kidalnarsis.com
Mumpung masih muda, Nyi. Masih kuat dan seneng2 aja nginep di stasiun :D Etapi aman, kan?
BalasHapusTanya, kalau sampai distasiun balapan jam 10 malam lebih enak tidur dimana ya sambil menunggj kereta paling awal ke bandara? Apakah ada lounge? Apakah sekedar dikursi atau teras mushola? Trims
BalasHapus