Wisata Religi: 4 Keistimewaan Makam Syeh Wali Agung Rogoselo Pekalongan
Wisata Religi: Makam Syeh Wali Agung
Rogoselo Pekalongan - Babak paling istimewa dalam kehidupan adalah hijrah,
demikian juga saya harus hijrah ketika dipinang oleh seorang pria. Karena
setelah menikah, ridho suami adalah surga bagi istrinya. Dari Kendal menuju
Comal, kota kecil yang serba sederhana dimana lebih dekat ke Pekalongan
daripada Kabupatennya sendiri di Pemalang.
Hijrah itu tidak mudah, benar!
Istilahnya 'babat alas', saya harus mulai dari zero lagi. Mencari jaringan,
bergabung ke komunitas, membangun lagi dari awal. Karena saya menyukai dunia
ngeblog, saya join ke Blogger Pekalongan dan responya alhamdulillah terbuka
banget. Saya nyaman di dalamnya. Dari blogger Pekalongan, saya dipertemukan kembali, dengan komunitas MIFA (Milyuner Family) dimana isinya pengusaha muda lintas pantura dan saya senang bisa bergabung di sini. Ada
yang dari Batang, Pekalongan dan Pemalang. Program yang diusung sangat banyak,
salah satunya adalah wisata religi dan untuk pertama kalinya saya mengikuti
sadranan ke makam sebelum Ramadhan tiba.
Sejarah Rogoselo
Pekalongan
Rogoselo merupakan sebuah desa, yang
letaknya di Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Dimana masyarakatnya sangat
kental dan kuat dalam menjalankan ibadah agama. Rogoselo memiliki makna, 'rogo' adalah raga dan 'selo' ialah batu. Di desa Rogoselo
terdapat makam milik Syeh Wali Agung Rogoselo, beliau adalah seorang yang
berbudi luhur, seorang wali, ulama dan pejuang Nusantara.
Menariknya makam Syeh Wali Agung
Rogoselo ini, naik ke bukit. Kita akan dituntun memasuki undakan kaki untuk
menujunya. Untuk peziarah wanita dan pria dibedakan undakannya, wanita sebelah
kiri dan pria sebelah kanan. Untuk juru kunci makam Syeh Wali Agung Rogoselo
sendiri, ada 2 orang : Bapak H. Da'i dan Bapak Maulana Sholeh.
Sebelum naik ke atas makam, kami sholat
Dhuhur terlebih dahulu di masjid yang didirikan oleh sang wali. Di sebelah
masjid ada sungai yang memiliki air jernih, dan bebatuan besar. Banyak yang
mandi di sana, karena di kanan masjid disediakan trap-trapan untuk yang ingin mandi
di sungai. Rencana setelah ziarah ke makam Syeh Wali Agung Rogoselo, kami pun
akan 'gabyuran' juga.
Makam Syeh Wali
Agung Rogoselo
Cungkup milik Syeh Wali Agung Rogoselo kurang lebih
memiliki ukuran 3 x 3 meter lebih. Dengan bentuk segi empat, beratap limasan
dan kelambu putih motif yang menutup rapat semua sisi. Tidak hanya itu, ada
pilar kayu persegi ang menyangga cungkup
Syeh Wali Agung Rogoselo. Untungnya peziarah lain sudah selesai, giliran
rombongan kami yang masuk.
Pada kiri makam Syeh Wali Agung
Rogoselo, ada juga makam lain yang posisinya lebih rendah dari lantai dan di
atasnya ada butiran pasir dengan warna cream muda. Sementara pada sisi kanan,
ada 4 dua makam lagi. Kemungkinan itu adalah murid atau kuncen Ki Ageng
Rogoselo.
Cerita rakyat Ki
Gede Penatas Angin dan Baron Sekeber
Rogoselo sendiri desa penghasil buah
durian dan rambutan, di sana juga banyak
perkebunan karet, pinus serta teh. Jika kalian menyempatkan waktu menuju
perkebunan karet, akan kita jumpai archa atau patung Baron Sekeber. Dengan
bentuk muka dan kepala yang besar, tangan dan kakinya yang sudah tidak jelas
karena banyak lumut yang menyelimuti.
Baron Sekeber foto by Cinta Pekalongan |
Pada jaman dahulu Baron Sekeber yang
berasal dari Belanda ini, berguru kepada salah satu orang sakti. Ia kemudian
bersifat angkuh dan sombong, menantang banyak panembahan Senopati dari Mataram,
berpindah ke Pati lantas melarikan diri ke Pekalongan karena kekalahannya. Di
Pekalongan sendiri Baron Sekeber menghadapi Ki Ageng Penatas Angin, karena
kalah ia lantas terbang. Ketika terbang melewati makam Syeh Wali Agung
Rogoselo, Baron Sekeber jatuh lantas menjadi batu. Ada juga yang menyebutkan
Baron menjelma menjadi batu, agar tidak tertangkap oleh Ki Ageng Penatas
Angin. Coba kalau batu Baron Sekeber
dibersihkan, kemungkinan akan lebih jelas terlihat tangan dan kakinya berada
pada posisi bagaimana. Selain ada archa ini, ada juga benda lain seperti lingga
yoni. Tetapi batu di atasnya sepertinya telah menggelinding jatuh, seperti yang
sudah diceritakan oleh warga setempat.
Dan semoga dinas purbakala melirik dan
melakukan langkah konsevasinya untuk merawat peninggalan sejarah di dalam
perkebunan karet desa Rogoselo ini.
Bermain air di
sungai Rogoselo
Air yang jernih, gemericik air yang
terantuk bebatuan itu membuat kami harus mencicipi kesegarannya. Karena sungai
ini jarang dijamah, bebatuannya sangat licin dan kalian harus hati-hati.
Arusnya juga cukup besar, maka pilih posisi dengan arus yang kecil. Aliran sungai Rogoselo, termasuk sungai yang
melakukan pasokan air di musim kemarau kepada para petani yang memiliki sawah.
Jika kalian rindu bermain air, datanglah
ke sini. Jika kalian kangen masa kecil mandi di sungai, mainlah ke sini. Jika
kalian butuh spot foto yang alami atau konten post bernuansa natural wajib ke
sini. Meski dingin tapi sangat segar, enggan untuk mentas rasanya karena kapan
lagi ngerasain freshnya air pegunungan dengan pemandangan yang menyejukkan
mata?
Kisah kucing
penunggu makam
Siapa yang suka sama kucing? Suka
melihara di rumah? Cung! Hehehe ... Sudah pernah dengar kisah kucing yang suka
menunggui makam? Bahkan viral di dunia maya? Itu pun terjadi ketika mbah saya
meninggal, kucing yang dipeliharanya setiap hari menunggui makamnya. Waktunya
makan pulang, setelah itu pergi lagi.
Di makam Syeh Wali Agung Rogoselo, saya
menjumpai kucing berwarna abu loreng di atas etalase pojok yang sedang
mengamati wara-wiri peziarah yang datang. Tentu saja saya langsung menyerbunya,
mengelus bulu-bulu lembutnya. Ia juga tidak menolak, saya juga mengabadikannya
ke dalam sebuah foto. Konon katanya, memang orang-orang yang memelihara kucing,
memberinya makan saat kita meninggal merekalah yang senantiasa menajaga makam
kita. Dokter juga menyatakan, meski kucing itu cuek ketika majikannya meninggal
ia turut sedih karenanya. Wallahu A'lam
bish-shawabi (Dan Allah Mahatahu).
The Sidji Hotel foto by wewerehere.id |
Buat kamu yang lagi hunting tempat
bersejarah, atau tujuan wisata religi sekaligus dapet pelayanan refreshing yang
asyik hanya bisa ditemui di Makam Syeh Wali Agung Rogoselo Pekalongan. Kalau
kalian datang dari tempat jauh, bisa banget menginap di The Sidji Hotel, karena
konsep bangunannya sejarah dan unik yang sudah dibangun sejak 1918 tahun lalu.
Kalau kalian butuh pemandu mengintari kota Pekalongan, tour naik becak juga sudah disediakan oleh The Sidji, bahkan pihak hotel tidak mengambil
seperser pun karena semua yang kita bayarkan sepenuhnya masuk ke dompet Bapak
penarik becaknya. Asyik kan? Cus ah, nggak perlu nunggu lama lagi buat main ke
Pekalongan kawan! Semoga 4 Keistimewaan Makam Syeh Wali Agung Rogoselo
Pekalongan, dapat bermanfaat sebagai bacaan ringan. Salam.
desa penghasil durian ya... harga durian di sana murah dong, hihihi
BalasHapusceritanya menarik mbak karena kalau liburan jarang banget main ke tempat bersejarah.
BalasHapusNyiii,..moga suatu saat nanti aku berkesempatan mampir ke pekalongan , ntar ajak aku ke sini yaaa...
BalasHapusAku beluuuum pernah nih mbaaa main ke sini. Semoga bisa mampir one day
BalasHapusWah asik nih ya bisa wisata religi, bisa wisata sekaligus belajar agama..
BalasHapusSetiap wisata religi itu pasti ada aja sesuatu yg menarik utk dipelajari ya mbak, aku belom pernah mbak wisata religi ke makam begini. Baca tulisan ini jd kepengen..
BalasHapusSayang banget arcanya kurang terawat gitu ya? Ceritanya menarik sekali, baru tahu tentang wisata religi ini. Selama ini kalau dengar tentang Pekalongan yang keinget cuma batik.
BalasHapusWah destinasi wisata religi keren ya ada penginapan yg hebat dan nyaman tuh...
BalasHapusAduh, kucingnya itu ya. Udah kayak hachiko beneer. Ak yg pecinta kucing jd gemes. *malah galfok kekucing mampir disini. Haha
BalasHapusIngat Pekalongan taunya batik hehe. Gak taunya ada wisata rohani juga di sana. Btw itu kucing penjaga makamnya cuma satu ataukah banyak gtu mbak?
BalasHapusSeru ya mbak lokasi wisatanya, bisa banyak belajar sejarah juga
BalasHapusWuihhh..air sungainya jernih banget itu. Dijamin seger lah yaa kalau renang di sana. Udah lama banget euy gak main ke sungai.
BalasHapusAku penasaran sama the Sidji.. suka banget sama bangunan tua yang masih terawat. Kalau ziarah makam gitu, gak begitu suka.. aku suka roaming kalau inget sejarah.
BalasHapusOwalah Nyi udah pindah ke Comal, ya. Eh andai arca Baron dirawat bakal lebih awet. Tapi di sisi lain arca gini biasanya jadi tempat penyembahan padahal di makam Islam.
BalasHapusSejarahnya menarik,pengen suatu saat bisa ke Pekalongan
BalasHapusKisah sejarah lokal seperti ini yang patut diangkat dan diinformasikan ke banyak khalayak. Semoga pemerintah daerah segera bertindak agar situs-situs sejarah tidak semakin rusak
BalasHapusmenarik tempatnya, bisa untuk belajar sejarah daerah juga
BalasHapusAyo Dolan Pekalongan ^^
BalasHapusPekalongan emang legend
BalasHapusAssalamualaikum. Sy dr jakarta. Lebaran juni 2019 akan pupula k pekalongan sipait rumah kakek. Kmungkinan mau kunjungi makan ki ageng rogoselo. Jk naik umum arahnya kmn? Kendaraan umumnya apa? Thanks.
BalasHapusSaya dr sipait k Wiradesa trus k kajen... Trus naik ojek atau mbl?
BalasHapus