Saatnya Memakamkan Kenangan
Saatnya Memakamkan Kenangan
: Nyi Penengah Dewanti
Suatu ketika
sebelum bulan November, kekasihku memutuskan untuk meminangku. Buncah bahagia
merajalela di sekujur tubuhku, rasa haru membendung perasaan tiada terkira. Dibalik
kesukaran pasti ada kemudahan, tapi bagiku dibalik kemudahan itu tersembul masalah baru yang harus dipecahkan. Ibu belum
menyetujui pinangan itu sekarang dan tahun depan, karena keberadaanku di negeri
orang. Meski kecewa aku tetap harus belajar sabar menerima keputusan Ibu,
walaupun terluka aku tetap harus belajar tegar merelakan ketentuan Ibu, semua
pasti telah diperhitungkan Ibu. lalu bagaimana dengan dia?
Tak ada
alasan lain yang lebih baik kecuali menanggalkan kesedihanku yang terapung, aku
bersedia dengan patah melepaskannya. Jika ini memang takdir yang dipilihkan
Allah untukku, aku hanya berharap satu hal: semoga ada takdir yang lebih indah
dari hari di mana aku melepaskan segenap rasa cintaku untuknya. Berpilin-pilih
perih kupendam sendiri ketika kami memutuskan ikatan itu secara baik-baik. Alasan
keluarga besarnya yang ingin segera memilikki cucu jadi penguatku, kalau memang
jodoh kelak akan bertemu jika tidak, biarkan garis kehidupan yang membimbingku
menemukan cinta yang lain yang lebih baik dari ini, amin.
Dan sekembaliku
dari perantauan, bening air mata yang mengalir di pipi seperti tak pernah lelah
menangisinya. Rumah, jalan, taman kota, pantai, dan berbagai kenangan terhuyung-huyung
memabukkan isi kepalaku. Aku mencoba segala daya menggeser keberadaannya, namun
keinginan bertemu menjerat-erat hati.
Hujan deras
yang mengguyur bumi tak menyurutkan langkahku demi pertemuan ini. Di tengah
jalan, bensin motorku habis, dengan basah kuyup akhirnya kami bertemu. Dengan cinta
yang tak pernah memadam untuknya, dia mengabarkan bahwa telah bertunangan dan
akhir tahun akan menikah. Aku merasa nyawaku melayang ke udara, lemas, aku seolah
ingin hari ini berakhir saja. Kelopak mata hatiku merasa baru terbuka, melihat
lebar ke segala penjuru, bahwa cinta dari manusia bisa hilang kapan saja, tapi
cinta dariNya akan berlangsung selamanya.
Untuk
apa aku bertahan menyetia, jika yang kusetiai sudah tak lagi ada di sisi, untuk
apa aku terus mencintai jika yang kucintai telah memilih hati lain untuk
bersanding nanti. Menangis, mengadu, berpasrah atas segala ujian, dan berusaha
bangkit yang bisa aku lakukan sekarang. Bahkan au berusaha menjalin hubungan
baru agar rasa sakit itu tertelan, tertutupi dengan sakit-sakit yang lain.
Dan akhirnya aku menyerah,
mengembalikkan lagi semua kepadaNya. Biarlah, ini bukan akhir dari segala
kisah. Aku harus mengambil hikmah dan pelajaran yang tertuang agar aku
bersyukur lebih banyak atas apa yang diberikan Allah. Bersama lafaz
astagfirullah, aku meluruskan tali temali yang masih mengikat hati, ya Allah
gantilah hatiku dengan hati yang baru yang berseru selalu menujuMu, cintaMu,
dan jalanMu, amin.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Tentang Cinta yang tak Kesampaian/Terpendam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat