Book Review "Putih dalam Cinta"


  •  Dimuat media online RIMANEWS.COM
MENGAMBIL PELAJARAN DARI SEBUAH NOVEL
Hidup berumah tangga bukanlah sesuatu hal yang main-main, namun harus dipertanggungjawabkan pada Sang Mahakuasa. Membaca novel ini mengingatkan kita pada kasus komedian Bopak Castello yang sedang ramai saat ini. Sang istri pergi karena tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarga yang berada di titik terendah. Seharusnya bagi dua orang yang telah hidup berumah tangga dan memiliki anak masalah ini hal yang wajar. Bisa diselesaikan dengan cara baik-baik, tetapi sang istri memilih pergi.
Di sini Ray sang suami dan Manisha sebagai istri berpisah selama empat tahun. Kemudian si anak yang baru dua bulan ditinggal telah tumbuh besar, seusia dengan kepergian ibunya. Manisha datang lagi dalam hidup Ray, sementara Ray telah memiliki kekasih baru; Risa. Ray berencana menceraikan Manisha jika dia kembali.
“Ray, aku kembali. Aku menyesal, Ray. Aku …” Manisha berjongkok di hadapan Ray. Dia meraih kaki kanan Ray seraya memohon maaf padanya.  (halaman 19)
Manisha meminta maaf pada Ray, Ray belum memaafkan tapi memberi tempat tinggal untuk Manisha agar bisa dekat dengan Naira. Naira di sini berperan sebagai gadis kecil yang cerdas, dia gampang membaur dengan orang baru. Manisha sang ibu dipanggil tante sesuai kehendak Ray, agar Naira tidak kaget. Karena Ray telah menceritakan bahwa ibu Naira sudah meninggal.
Kedua ibu dan anak ini akhirnya dekat, karena kontak batin dan Naira merasa nyaman. Kehadiran Manisha setelah kepergiannya membuat hati Ray berpijar kembali, namun ia harus mengukuhkan hati karena sudah sepakat dan berjanji pada Risa. Konflik mulai timbul ketika ibu Ray jatuh terpeleset dan dibawa ke rumah sakit. Manisha yang takut menghadapi ibu Ray, Manisha yang akhirnya bertemu dengan Risa, dan Ray di sini harus menepati janjinya pada Risa untuk bercerai.
Manisha mau menandatangani surat perceraian itu jika Naira bisa pergi bersamanya. Tetapi karena akhirnya Naira tahu bahwa Manisha adalah ibunya, itu lebih dari kebahagiaan yang tak terhingga dan Manisha bersedia menandatangani surat perjanjian.
“Jadi tante Nisha benar ibu Naira,” ujar Naira memastikan, ditatapnya wajah Manisha yang tadi memeluknya. (halaman 112)
Setelah bercerai, Risa mempersiapkan segalanya untuk pernikahannya dengan Ray. Namun Ray malah dilema dan setengah hati lalu membatalkan pernikahannya dengan Risa. Manisha akan kembali ke Lampung tempatnya dibesarkan dan mengelola toko kue yang selama empat tahun ini menjadi penghasilannya. Namun lagi-lagi penulis memberikan konflik. Naira mengalami kecelakan dan membutuhkan donor darah. Darah Naira sama dengan darah Manisha. Dengan mengesampingkan ego, Ray kemudian mencari keberadaan Manisha untuk memintanya mendonorkan darah.
“Akankah ada cerita baru untuk cinta kita” (halaman 146)
Penulis menuturkan dengan alur runut dan lembut. Ibu Ray berperan sebagai ibu dengan sukses. Selain bijaksana dia juga bisa menjadi penengah yang baik antara Risa dan Manisha pun anaknya; Ray.
Hikmah yang bisa diambil dari novel ini adalah menerima pasangan apa adanya, dan dalam keadaan apa pun, harus bisa bertahan bukan malah meninggalkan. (*)
_______________________________
Judul : Putih dalam Cinta
Penulis : Mursal Fahrezi
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : Desember 2013
Jumlah Halaman : 148 halaman
No. ISBN : 9786020229034
Nama Peresensi: Nyi Penengah Dewanti, mantan TKW Hong Kong yang masih menempuh pendidikan di   STIE Semarang

Postingan Terkait

3 komentar:

Terima kasih sudah mampir ke blog sederhana saya, salam hangat